TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Inilah Kami

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki arti penting baik secara akademis maupun politis. Namun, dari masa ke masa entah disadari atau tidak, banyak pihak yang telah memarjinalkan pembelajaran BI pada posisi yang "hanya disentuh" jika diperlukan.

Selasa, 09 Maret 2010

TATA BAHASA PAEDAGOGIS

Sejak adanya kritik terhadap kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, paradigma kurikulum berubah dari pembelajaran tentang bahasa ke arah pembelajaran ketrampilan berbahasa. Konsekuensinya, materi pelajaran sekarang ini dipenuhi oleh materi yang ditujukan untuk mengasah ketrampilan berbahasa yang terdiri membaca, menulis, menyimak dan berbicara.
Jikalau, beberapa decade lalu, kita dapat dengan mudah menemui materi tata bahasa, kini tidak lagi. Sebagai guru bahasa Indonesia, kita sering bingung untuk menempatkan materi tata bahasa. Bahkan karena tidak ada tuntutan secara eksplisit dari kurikulum, materi tata bahasa akhirnya sering kita lupakan.
Berbagai keluhan kemudian muncul. Banyak siswa yang kemudian hanya mengutamakan kemampuan ketrampilan berbahasa, tanpa didasari penguasaan tata bahasa yang benar. Kenyataan ini dapat dengan mudah ditemui di lapangan. Karangan siswa yang tidak patuh tata kalimat. Pidato siswa yang berisi kosa kata tidak baku.
Masih pentingkah materi tata bahasa diberikan kepada siswa ? Kiranya kita semua sepakat, bahwa pengetahuan tentang tata bahasa akan meningkatkan ketrampilan berbahasa seseorang. Dengan mengetahui tata susunan kalimat, karangan atau pembicaraan seseorang akan terstruktur dan mudah dipahami pembaca dan pendengarnya. Demikian juga, ketika kita menyimak dan membaca. Pemahaman kita akan meningkat jika kita mengerti pokok-pokoknya.
Permasalahannya adalah bagaimana kita mengajarkan tata bahasa jika dalam kurikulum tidak tercantum secara eksplisit. Dari sinilah kemudian muncul istilah tata bahasa paedagogis. Istilah ini saya dengar ketika mengikuti kuliah Dr. Andoyo Sastromiharjo. Beliau membagikan sebuah pengalaman ketika mengisi sebuah seminar tenta pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam seminar itu terungkap, bahwa mayoritas guru bahasa Indonesia mengabaikan tata bahasa dalam pembelajaran. Perhatian utama guru adalah mencapai kompetensi dasar yang pokok utamanya terpusat pada ketrampilan berbahasa. Padahal apabila dicermati secara lengkap, sebuah KD mempunyai prasyarat tata bahasa, Sebagai contoh :
Mencerita¬kan peng¬alam¬an yang paling me¬nge¬sankan dengan mengguna¬kan pilihan kata dan kalimat efektif ( KD berbicara kelas 8)
Ketrampilan berbahasa yang dituntut oleh KD tersebut adalah menceritakan kembali. Sering guru hanya berkosentrasi pada ketrampilan berbahasa yang dituntut sehingga lupa bahwa tuntutan KD tersebut bukan hanya ketrampilan, tetapi juga penguasaan tata bahasa dalam hal ini diksi (pilihan kata) dan sintaksis (tata kalimat). Di sinilah kemudian muncul sebuah pemikiran, bagaimana mengajarkan tata bahasa tanpa menghilangkan esensi pembelajaran ketrampilan berbahasa. Jawabannya ada pada tata bahasa paedagogis.
Secara sederhana dapat didefinisikan bahwa tata bahasa paedagogis merupakan serpihan-serpihan materi tata bahasa yang diselipkan dalam pembelajaran ketrampilan berbahasa. Serpihan-serpihan tata bahasa tersebut dipilih dan dikemas secara efektif dan efisien sehingga hakikat pembelajaran berbahasa tetap pada relnya.
Permasalahan selanjutnya adalah bagaimana kita mengembangkan tata bahasa paedagogis sehingga langsung dapat dimanfaatkan dalam mengasah ketrampilan berbahasa. Dalam forum ini, saya mengundang teman-teman untuk memberikan sumbang sarannya.(Bambang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar