TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Inilah Kami

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki arti penting baik secara akademis maupun politis. Namun, dari masa ke masa entah disadari atau tidak, banyak pihak yang telah memarjinalkan pembelajaran BI pada posisi yang "hanya disentuh" jika diperlukan.

Selasa, 09 Maret 2010

MENJADI GURU YANG BERMISI

Tulisan ini merupakan pendapat yang muncul dari endapan pemikiran selama satu setengah semester berinteraksi dengan guru-guru besar di SPS UPI. Tentu saja bukan tidak mungkin, pemikiran ini keliru atau salah persepsi, tetapi sebagai sebuah pendapat tidak ada salahnya untuk didiskusikan bersama.
Selama kurun waktu 8 bulan ada sebuah pemikiran yang mungkin berbeda dari mahasiswa yang satu dengan yang lain. Pemikiran itu adalah ternyata para guru besar yang terhormat itu berusaha menanamkan sebuah prinsip yang selama ini mereka yakini menjadi kunci sebuah keberhasilan.
Salah seorang guru besar selalu tampil dalam kesederhanaan baik dalam pola pikir maupun dalam penampilan fisik. Tidak jarang pula, beliau menunjukkan pengakuan bahwa penjelasan yang baru disampaikan ternyata tidak sesuai dengan buku-buku yang pernah dibacanya. Lalu dibukanya sebuah buku catatan yang sangat rapi. Disampaikannya kembali teori tersebut dengan teliti. Diajaknya mahasiswa mengkritisi teori tersebut. Apabila ternyata, teori tersebut kurang tepat, akan disampaikan alasan-alasan yang masuk akal sehingga pantas kalau teori tersebut perlu direvisi. Beliau mempunyai misi : kesedehanaan, ketelitian dan keberanian bersikap kritis.
Dosen yang lain sering mengungkapkan pemikiran-pemikiran yang berbeda. Pernah diungkapkan oleh Beliau, bahwa teori perkembangan Jean Piaget perlu direvisi apabila dikaitkan dengan perkembangan psikologis orang Indonesia. Alasannya cukup rasional apabila dikaitkan dengan fenomena yang ada seperti mahasiswa dan politisi yang suka tawuran. Teori yang sudah bertahan berratus tahun itu masihkah relevan hingga kini ? Begitu beliau mengajak mahasiswa berpikir inovatif. Di saat lain, Beliau memunculkan istilah yang sama sekali baru bagi kami, yaitu tata bahasa paedagogis. Tujuannya agar dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tata bahasa tidak dilupakan sama sekali. Disinyalir para guru bahasa Indonesia, telah menghilangkan pembelajaran tata bahasa dengan dalih tidak dituntut oleh kurikulum. Beliau mempunyai misi : inovatif.
Guru besar yang lain senantiasa berpenampilan rapi. Apabila berjalan, nyata sekali sebuah keyakinan bahwa kebudayaan bangsa Indonesia merupakan kebanggaan yang harus selalu dijaga. Begitulah nilai-nilai yang selalu disampaikan kepada para mahasiswa. Hampir di setiap akhir perkuliahan, para mahasiswa diyakinkan pada sebuah kebanggaan bahwa bangsa Indonesia tidak kalah dari bangsa lain. Saudara boleh menjadi orang sukses di mana pun jua, tetapi tetaplah saudara menjadi orang Indonesia. Kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa Indonesia selalu menjadi prinsip Beliau. Semua itu diwujudkan dalam karya-karyanya. Beliau mempunyai misi : kebanggaan dan kecintaan terhadap bangsa Indonesia (nasionalisme).
Kunci utama keberhasilan pendidikan bagi seorang guru adalah kewibawaan. Banyak hal dapat dilakukan guru untuk memperoleh kewibawaan. Beliau menyebutnya alat kewibawaan. Ada guru yang menggunakan media pembelajaran. Tidak sedikit pula yang menggunakan alat berupa kekerasan. Tetapi kewibawaan yang sebenarnya akan muncul dari sebuah keikhlasan. Dengan ikhlas sorang guru akan melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan yang konsisten itulah yang akan menghasilkan wibawa. Misi beliau adalah : kewibawaan dan keikhlasan.
Sebuah generalisasi dari beberapa ilustrasi di atas adalah setiap guru memiliki misi. Misi itu lahir dari pengalaman-pengalaman hidup yang kemudian mengkristal menjadi prinsip hidup. Pengalaman hidup setiap manusia selalu berbeda, maka dari itu prinsip hidup yang diyakini pun berbeda. Selanjutnya, misi itupun dikemas menjadi roh dari materi pelajaran yang disampaikan. Dapat dibayangkan apabila di sebuah sekolah terdapat sepuluh sampai lima belas guru, maka misi atau prinsip hidup yang dapat menjadi pilihan siswa untuk diadopsi menjadi prinsip hidupnya. Dengan begitu, siswa akan menjadi kaya dengan teladan-teladan yang dapat menjadi bekal masa depannya.
Salah seorang guru mempunyai prinsip kedisiplinan. Sementara yang lain meyakini kasih sayang sebagai prinsip hidupnya. Secara sepintas seperti berlawanan, tetapi sejatinya kedua prinsip tersebut dapat dipadukan. Bolehlah diibaratkan apabila kita ingin membuat sebuah resep makanan. Buah cabai yang pedas, garam yang asin dan gula yang manis, apabila diramu akan menghasilkan sebuahsambal yang nikmat. Demikian juga, prinsip kehidupan guru akan mewarnai pengalaman hidup siswa. Kuncinya kita meyakini sebuah prinsip dan berusaha menanamkan prinsip tersebut melalui misi dalam pembelajaran kita.(Bambang S)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar